Goes to Bandung

Pada tanggal 27 dan 28 Maret lalu saya pergi dari Surabaya ke Bandung karna ada beberapa keperluan yang sangat mendadak. Ini yang kedua kalinya saya ke Bandung setelah 5 tahun yang lalu.

Banyak pilihan angkutan kalo mau brangkat ke Bandung. Bisa naik bis, kereta, atau pesawat. Kalau pesawat harus transit dulu di Jakarta trus naik bis ke Bandung. Saya waktu itu memilih naik kereta dengan pertimbangan begini :

  1. Naik Bis. Kalo naik angkutan jenis ini, waktu perjalanannya 14 jam sampai di Bandung. Waktu sepanjang itu terbuang di bis. Saya nggak memilih naik bis. Sayang waktu 14 jam hanya tidur-tiduran di bis.
  2. Pesawat. Saya belum pernah tahu ada pesawat Surabaya – Bandung, jadi saya harus naik Surabaya – Jakarta ( 2 jam ) trus naik bis ke terminal ( 2 jam ) trus naik bis lagi ke Bandung ( 3 jam ). Total waktunya adalah 7 jam dengan pindah-pindah angkutan. Tentu saja ini ribet, membingungkan, dan keluar duit lebih banyak. Saya nggak milih alternatif ini.
  3. Kereta. Sampai Bandung butuh waktu kira kira 12 jam dan nggak sebegitu mahal. Ada kelas Ekonomi ( Parahyangan ), Bisnis ( Mutiara Selatan ), dan Eksekutif ( Argo Wilis atau Turangga ). Tarifnya paling mahal 250 ribuan untuk kelas eksekutif. Tapi hati-hati kalo naik kereta pas wiken. Harga bisa naik +- 20 persennya. Saya milih angkutan jenis ini. Sebaiknya naik kereta pas malam hari saja, karna kalo malam hari suasana lebih dingin dan sangat mendukung untuk tidur. Pas kita bangun keesokan harinya kita sudah sampai di Bandung.

Terus terang, saat ini Surabaya sedang menunjukkan sifat aslinya. Karna itulah saya merasa betah di Bandung yang selain udaranya yang sejuk dan dingin, ternyata pesona orang Sunda juga membuat saya seakan-akan nggak bisa melupakan Bandung. Hahaha.

9 thoughts on “Goes to Bandung

  1. itikkecil
    awalnya sih saya tulis gadis sunda, tapi akhirnya saya ganti orang sunda.
    Hahaha. Memang Istimewa.

    almascatie
    Weks ?? Jauh amat

    sang Bayang
    Hahaha. Yes yes. Masih ingat daratan kok.
    Saya bukan om-om, saya mas-mas.

    mas stein
    Saya bukan mbak-mbak, saya mas-mas.

Tinggalkan Balasan ke sagung Batalkan balasan